Catatatan TOT Master Trainer ke Singapura.
By : Drs. Yulnifen Hendri
Kepala SMAN 1 Kecamatan Akabiluru
Kabupaten Lima Puluh Kota

Terpilih menjadi satu satunya kepala sekolah dari daerah mewakili Sumatera Barat untuk mengikuti pelatihan Master Trainer dalam Program Training of Trainer bidang School Management yang diadakan oleh Direktur Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional bekerja sama dengan Nasional Institute of Education Singapura merupakan suatu kebanggaan bagi Penulis Sebagail Negeri 1 Kecamatan Akabiluru dari Kabupaten Lima Puluh Kota. Proses seleksi yang serba mendadak dan pengurusan administrasi yang serba kilat dengan segala penghalang berhasil saya lalui (sekalipun akibatnya belum diketahui) hingga saya sampai ke Ibu Kota Jakarta pada tanggal 21 Juni 2009.
Di jakarta saya diinapkan di sebuah hotel cukup limayan di daerah Pal Merah. Disini Penulis sempat menyaksikan betapa sumpeknya ibu kota ini dan betapa sulitnya kehidupan yang dilalui oleh masyarakat kelas menengah kebawah termasuk anak-anak usia SMLTP yang tanpa merasa malu menawarkan jasa pijatnya kepada tamu-tamu yang datang. Tak ingin terpengaruh oleh suasana kehidupan ibu kota yang rada nakal ini penulis hanya berdiam saja di kamar sembari menunggu pengurusan surat tugas dari Sekretaris Negara sekaligus menyiapkan diri untuk upacara pembukaan sekaligus Launching Program oleh para petinggi Dirjen PPMTK, Temasek Foudation dan Nasional Institute of Education Singapura keesokan harinya.
Pembukaan dan Launching Program kerja sama ini dengan lancar dapat terlaksana pada jam satu siang tanggal 22 Juni 2009. Selesai acara Launching perjalanan dilanjutkan menuju Bandara Sukarno Hatta untuk Check in menuju Singapura dengan pesawat Singaporean Airline.Sesampainya di Bandara ternyata chek in telah dilakukan oleh panitia. Selanjutnya panitia membagikan pasport beserta isian yang mesti diperlihatkan nantinya setiba di Singapura. Setelah melewati tiga kali pemeriksaaan saya menuju ruang tunggu keberangkatan dengan mulus tanpa masalah yang berarti.
Di ruang tunggu saya teringat untuk melengkapi isian yang nanti akan di perlihatkan saat masuk ke Singapura. Sekali lagi isian tersebut ternyata juga telah diisi oleh panitia yang mengurus bagian administrasi. Akan tetapi ketika saya mencermati kebenaran isian tersebut, alangkah terkejutnya saya mendapati bahwa tanggal lahir saya yang harus diisi sesuai pasport tertulis 22 Juni 2009 sementara pasport diterbitkan tanggal 18 Juni 2009. Saya mencoba memeriksa pasport dan ternyata data yang ada di pasportpun salah. Saya mulai gelisah dan menghubungi panitia yang membantu mengurus pasport. ” Mau bagaimana lagi!”Jawab panitia tersebut seenaknya melalui hand phone. Saya berusaha untuk menemukan jalan keluar permasalahan ini melalui pimpinan rombongan Ibu Prof. Hani Wijaya. ”Biar nanti kita urus Pak, kita coba dulu” kata Ibu Prof. Saya merasa agak nyaman karena sepertinya kesalahan yang begituan sudah hal yang biasa dan tidak terdeteksi oleh imigrasi. Terbukti saat melewati petugas imigrasi Bandara Sukarno Hatta, dengan tiga kali pemeriksaan yang juga menggunakan alat pendeteksi, saya tidak menemui masalah. Tambahan lagi Prof. Hani Wijaya sudah terbiasa bolak-balik ke Singapura karena beiau salah satu Dosen Undangan di negeri jiran ini. Tepat jam 17.00 WIB saya menaiki pesawat bersama rekan-rekan yang lain dengan perasaan yang bercampur antara cemas dan gembira akan menginjakan kaki untuk pertama kalinya di luar negeri untuk mengemban tugas negara.
Jam 19.30 waktu Singapura pesawat mendarat di Bandara Changi Singapura. Suasana sangat terasa berbeda dengan di Jakarta. Semuanya terlihat bersih, artisik, serba computerized. Bahkan tempat-tempat yang berada di pojok-pojok pun yang biasanya identik dengan tumpukan sampah, bau menyengat ataupun bunyi lalat yang mendengung karena terusik manusia lewat berisi kebun-kebun minimalis yang cantik dan asri. Semuanya serba luar biasa. Perjalanan yang begitu panjang menelusuri ruang-ruang bandara terasa tidak melelahkan karena dibantu oleh lantai berjalan (seperti eskalator di mal-mal jakarta akan tetapi posisinya tidur/mendatar).

TIM LPMP Sumatera Barat yang terdiri dari Sukirman, S.Pd. widia iswara, Drs Yulnifen Hendri, Kepala SMA Negeri 1 Kecamatan Akabiluru, Lima Puluh Kota, As’ad, S.Pd, pengawas dinas pendidikan Padang Pariaman dan Harsyaf M.A, widia iswara LPMP Sumatera Barat yang bertindak sebagai Ketua TIM

Sesaat sebelum Launching Educational Leadership Program for Indonesia, kerjasama antara Temasek Foundation Singapore, National Institute of Education of Singapore dan Dirjen PPMPTK Depdiknas, di Aula Gedung E Departemen Pendidikan Nasional Indonesia

Siap-siap menunggu bis yang akan membawa peserta pelatihan dari penginapan City Hub ke NIE Singapore